Fotografi hobi mahal...!!
Hal yang sama terlintas dipikiranku sebelum aku mancoba masuk kedalamnya, mungkin hal ini juga yang terlintas dipikiran kebanyakan orang saat suruh berkomentar tentang hobi fotografi. Asumsi ini ngga salah, tapi ngga sepenuhnya benar juga...
Sudah hampir 1 tahun aku coba belajar fotografi, ketertarikan sudah muncul sedari aku kuliah dulu, tapi dengan alasan "mahal" itu yang selalu menundaku buat masuk ke dalam'nya (red: fotografi). Sampai hari ini aku merasa, pernyataan bahwa fotografi adalah hobi mahal ngga sepenuhnya benar, sangat tergantung sama orang yang menjalaninya. Buat aku, fotografi tidak hanya sekedar hobi, tapi lebih cenderung pada investasi, hal ini yang selalu jadi kontrol dan filter kalau pingin ngeluarin duit buat fotografi, misalnya beli lensa, beli assesories, hunting atau apapun itu...
investasi yang aku maksud disini adalah proses pembelajarannya. Fotografi adalah sebuah eskplorasi skill atau kemampuan dan bakat seseorang, lebih terfokus lagi pada sikap dan perasaan peka, peka terhadap subject yang akan dimasukan ke dalam frame foto, peka terhadap kondisi finasial kita sendiri tentunya. Terkadang untuk beberapa orang kalau sudah bebicara hobi, apapun bakal dilakukan untuk memenuhi hobi itu sendiri, bahkan tidak jarang persentase antara pengeluaran atau biaya untuk memnuhi hobi jauh lebih besar dari anggaran untuk kehidupan nya sendiri. Uang ratusan ribu bahkan jutaan bisa keluar dengan cepat dibandingkan saat kita mau beli nasi padang seharga 15.000, dan kita lebih cenderung milih makan diwarteg yang cukup 6000 perut sudah kenyang. Mungkin kiasan bercandaanya seperti itu, contoh kasus, orbrolan temen-temenku di kantor, trutama di jelang-jelang tanggal gajian selalu tidak jauh dari belanja dan liburan. Ada yang sibuk buka-buka katalog jam tangan seharga 700 ribu sampai 3 jutaan, ada yang rame bahas liburan ke Bromo, Pulau Karimunjawa, atau Bali yang perorangnya tidak cukup uang 1.5 juta yang bakal habis dalam waktu 2-3 hari kedepan untuk membayar kepuasan mereka sendiri.
Hal yang sama pernah aku lakukan 1 sampai 2 tahun terakhir, tapi sejak aku mulai belajar fotografi, hal itu berangsur mulai menghilang, prioritas beralih pada bagaimana caranya aku bisa fotografi dengan segala keterbatasan yang aku punya. Informasi dan rekomendasi tentang harga fotografi aku kumpulkan selama satu bulan pertama, setelah itu baru memutuskan semua peralatan fotografi yang aku butuhkan bakal aku beli yang bekas/second hand, hal ini dengan pertimbangan keterbatasan anggaran dan tujuannya baru buat belajar, bukan buat bisnis fotografi murni. Akhirnya pilihan kamera DSLR pertama ku jatuh pada NIKON D80 yang aku beli seharga 4juta pas..!!, sekitar 1 minggu sebelumnya aku udah beli lensa lamanya nikon, Nikkor 28-80/3.3-5.6 G seharga 700rb, total ivestasi pertama jadi 4.700.000 dari total maksimal 5juta yang dianggarkan, sisanya aku pake buat beli accesories pendukung seperti Kokai UV filter (50rb), lens cleaner kit (50rb), tas kamera (190rb), dan sisa 10 ribu buat beli bensin ke pasar baru..:)
Total 5juta yang aku keluarin, mungkin secara nominal bukan lah jumlah yang sedikit, tapi sesuai dengan niatan saya tadi bahwa fotografi buat saya bukan hanya sekedar hobi, tapi sebuah investasi. Investasi 5 juta yang sudah saya keluarkan bisa dibilang murah, apabila dibandingkan harga pasaran peralatan fotografi yang saya peroleh, bisa dibilang beruntung, soalnya harga pasaran D80 saat itu masih di kisaran 4.800.000 sampai 5 juta, hanya body saja, semntara lensa tua yang saya beli adalah salah satu lensa terbaik nikon di level medium tele lens. Dengan bermodal peralatan fotografi yang saya punya, proses belajarpun dimulai, semuanya dilakukan secara otodidak, menginggat biaya kursus fotografi yang sangat mahal bagi saya.
Konsep investasi mulai terwujud setelah kurang lebih 3 bulan belajar fotografi. Investasi pada dasarnya adalah memberikan nilai lebih yang berbading lurus dengan bertamahnya waktu. Hal ini terwujud setelah saya mengenal dunia bisnis fotografi, dan mulai tertarik dengan bisnis jual beli. Barang pertama yang jadi objek ual beli adalah lensa 28-80mm/3.3-5-6 yang sebelumnya aku beli seharga 700ribu, berhasil saya jual lagi 750ribu, karena pada saat itu emang harga pasaran lensa saat itu emang dikisaran segitu. Keuntungan yang saya dapet mungkin secara nominal hanya 50 ribu, tapi secara non material berupa ilmu dan pengalaman saya di fotografi itu yang tak ternilai. Dari yang awalnya buta fotografi, motret selalu over atau under exposure, selalu bangga dengan hasil yang sebearnya masih jauh dari perfect, tapi dengan peralatan second yang saya miliki selama 3 bulan pertama sudah bisa pencerahan tentang teknik dan kualitas foto yang dihasilkan, walaupun sampai sekarangpun proses itu masih terus berjalan.
Sampai saat ini nilai lebih yang saya investasikan sejak lebih dari satu tahun kemaren sudah cukup berwujud, bodi kamera D80 yang masih tetap bertahan, lensa tele Nikkor 28-200 mm/3.5.5.6 D IF, lensa Nikkor AF 50mm/1.8 D, satusatunya lensa yang saya beli dari kondisi baru 5 hari yang lalu, dan lensa Nikkor Af 35-70mm/3.3-4.5 D yang baru saya dapet 1 hari kemaren. Sebelumnya beberapa lensa datang silih berganti jadi objek belajar dan dagangan, mulai dari lensa manual Nikon 35mm/2.5 AIS, Nikkor 35-105mm/3.5-5.6 D, Nikkor 28-80mm/3.3-5.6 D, Nikkor 18-55mm/3.5-5.6 G DX VR dan beberapa lensa lain yang sekarang sudah berpindah tangan dengan keuntungan keuntungan beberapa rupiah, tapi ilmu yang dan pengalaman menggunakan beberapa macam lensa buat berbagai ojek foto, dari makro, still life, landscape, arsitektur dan macem-macem yang lainnya. Hal ini lah yang aku maksud dengan investasi, memberikan nilai lebih dari waktu ke waktu. Semua pengalaman dan ilmu fotografi yang saya dapet sampai hari ini mungkin kalau dinominal bisa berpuluh-puluh kali dari beberapa ratus ribu yang saya keluarin buat tukar tambah lensa (mengingat biaya kursrs fotografi yang mahal, bisa berjuta-juta), dan selalu terjual dengan keuntungan yang cukup lumayan, karena memang lensa yang saya beli rata-rata adalah lensa yang dijual jauh di bawah harga pasar, beberapa kondisi lensa berjamur, non front/rear cap dan setelah pemakain dan treatment beberapa kali, bisa dijual kembali dengan harga yang pantas.
Sekarang dengan investasi yang ada sekarang, saya pingin berinvestasi untuk sesuatu yang lebih lagi dikemudian hari, jadi jangan bilang fotografi itu mahal, rubah pikiran anda, jangan sekedar mengeluarkan uang buat hobi n kesenangan, tapi cuba keluarkan untuk sesuatu yang bermanfaat, dan punya potensi lebih di kemudian hari, dan yang pasti ilmu adalah modal investasi terbaik, termasuk ilmu fotografi, percayalah insyAllah aku akan buktikan beberapa waktu setelah postingan ini dibuat.