Sunday, October 31, 2010

Red Isolation | Gallery

Hasil hunting tanpa disengaja hari Sabtu 30/10/2010 kemaren, diambil di stasiun Gambir, sebelum perjalanan ke Cirebon menggunakan kereta Cirebon Expres pemberangkatan jam 13.15
Foto diambil menggunakan kamera Nikon D80, lensa Nikkor 28-200mm/3.5-5.6 D IF + UV Filter
Olah digital menggunakan software Adobe Photoshop Lightroom 3.2

Gereja Katedral Jakarta | " 2orang Porter st.Gambir terlihat tertidur lelap di bangku, dengan latar belakang Gereja Katedral"

Di pintu kereta | "penumpang salah satu KRL memilih berdiri dan duduk di pintu kereta, walaupun masih terlihat kosong di dalam, hal ini menjadi pemandangan setiap hari tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam mereka"

Perduli Sampah | " dua orang pengendara sepeda motor di dalam area Monas terlihat memungut sampah. Sampah merupakan salah satu hal yang merusak keindahan beberapa tempat, khususnya tempat wisata dan sarana umum, dan cenderung menyebabkan permasalahan lingkungan dan banjir "

Termenung | " salah seorang porter St. Gambir termenung sambil menatap gereja Katedral "

Berdiri | " salah satu penumpang kereta terlihat asik berdiri di pintu KRL jurusan Bogor-Kota saat melintas di Stasiun Gambir "

Tertidur | " seorang porter tidur terlentang di banku tunggu penumpang, tampak samar di balik sandaran bangku wajah lelah setelah menjual tenaganya untuk ngangkut bawaan penumpang kereta, sering kali berlari mengejar pintu kereta beerebut dengan porter yang lain untuk mengangkut 2 sampai 3 koper sekaligus, hanya untuk beberapa ribu rupiah "

Tertidur | " Seorang porter tertidur dibangku penumpang St. Gambir, ditemani sepasang sepatu yang menopang tubuhnya setiap hari, menemani berlari dan berjuang mencari rupiah dengan menjual tenaga mereka mengangkut barang bawaan penumpang "

Wednesday, October 27, 2010

Citra Raya | Night Shoot

Citra Raya, salah satu perumahan terbesar di daerah Tangerang, tepatnya terletak di daerah Cikupa-Tangerang. Perumahan ini memiliki fasilitas yang lengkap, dengan jumlah cluster perumahan yang cukup banyak dan terus bertambah sampai saat. Fasilitas pertokoan dan area komersial lain terletak di area depan yang dibuka dengan gerbang perumahan yang megah (sanyang belum sempat terdokumentasikan) diikuti ke arah tengah area hiburan dan kuliner, di sini terdapat wisata air "water world", di depanya terdapat food center yang cukup lengkap yang terletak bersebelahan dengan situ/danau di seberang jalan sebagai daerah resapan air. Citra Raya termasuk salah satu perumahan yang memperhatikan lingkungan, hal ini terlihat banyaknya area hijau di sepanjang jalan, dan terdapat beberapa situ/danau, kurang lebih ada 3 situ yang terbagi merata sepanjang area perumahan.

Ke arah belakang lagi setelah area hiburan dan kuliner, terdapat sebuah city market yang merupakan pusat belanja kebutuhan rumah tangga sehari-hari, aktif mulai jelang subuh sampai malam hari. Berdampingan dengan city market terdapat pusat transportasi KJU yang menyediakan bus dan shutle bus dengan trayek seputar Jakarta, BSD, Tangerang bahkan sampai ke Bandung di jam-jam tertentu tiap harinya.
 


Citra Raya memiliki slogan sebagai "kota bernuansa seni", tak heran di perumahan ini banyak terdapat patung berukuran besar. Setidaknya di tiap perempatan besar sepanjang jalan utama dari area depan ke belakang terdapat kurang lebih 4 bundaran lengkap dengan patung artistik diatasnya, dan satu lagi di bundaran 5 yang masih dalam proses pembangunan. Patung-patung ini belum termasuk puluhan patung kuda berukuran 1:1 (sesuai ukuran aslinya, dan cenderung lebih besar dibandingkan ukuran kuda lokal yang ada di Indonesia) di areal gerbang utama perumahan.
 

Walaupun saya tinggal di Jakarta (red: Kebagusan), tapi saya cukup mengenal daerah ini, karena kebetulan pernah tinggal disana hampir 1 tahun, numpang di tempat Mba Puji (kakak pertama dari 3 bersaudara). Sebelumnya tinggal di kontrakan Mba Puji di daerah tangerang sebelum akhirnya menetap di perumahan ini. Cluster atau area pemukiman yang terbagi-bagi dalam beberapa cluster terletak di area belakang komplek perumahan, dari city market masih terus ke arah belakang kurang lebih mulai jarak 1 KM mulai bederet kiri kanan jalan dari berbagai cluster. Ma Puji sendiri tinggal di Cluster Green Sevila, bersama suami, Mas Susri dan anaknya Dhimas (hampir 3thn) serta pengasuhnya, Desi. Sesekali saya sering kesana, kurang lebih 1 bulan sekali bersama istri, selain silaturahmi juga nengokin ponakan'ku Dhimas yang semakin lama semakin narsis..(ikutin hobi Om'nya..he..he..) dan sedikit jahil, tapi ini yang bikin kangen, karena kebetulan saya sama Dhimas bisa dibilang deket banget, maklum sejak lahir sudah di temenin sama Om'nya yang satu ini..:)

Sunday, October 24, 2010

Kali Belot - Belakang Rumah| Belajar slow speed

Kali belot, tepat mengalir dibelakang rumahku di Rempoah-Baturraden, kurang lebih 100m dari rumah (5menit jalan kaki). Berdampingan dengan kali belot, ada sungai besar lagi yang terbelah bukit, yaitu Kali Pelus. Keduanya merupakan sungai yang terhubung langsung dengan aliran sungai dari arah kaki Gunung Slamet, batuan yang ada pada kedua sungai kebanyakan adalah batuan beku dari larva yang pernah mengalir ratusan tahun yang lalu.

Bentukan sungai sangat menarik dengan air yang jernih diapit bukit dan sawah yang hijau. Pada saat mudik kemaren menyempatkan diri buat motret disana, konsepnya pingin belajar slow speed (SS), gear lengkap beserta tripod sudah siap dipaking.
Peralatan yang digunakan saat ini Nikon D80, lensa NIKKOR 28-200mm/3.5-5.6 ED IF, Tripod Excel Promose, Filter TianYa GND 8, Kenko UV Filter.

Hasilnya masih kurang maksimal, maklum baru pertama kali bermain SS, apalagi saat itu cuaca sudah cukup siang (11.30), jadi matahari sedikit over.

Berikut beberapa hasil jepretannya..




Pasar Rebo di pagi hari | Landscape Gallery

Sabtu 23/10/2010 kemaren, sebelum perjalanan ke jatiwangi, sengaja berangkat pagi buat jemput mentari dari atas flyover Pasar Rebo. Keluar dari rumah abis subuh jam 04.55, perjanan menggunakan angkot 17, terus berlanjut Kopaja 605 dari Cilandak jurusan Terminal Rambutan.
Lengkap bawaan gear beserta tripod, sedikit berjalan dari lampu merah Pasar Rebo ke flyover, kurang lebih 5-10 menit, lumayan olah raga di pagi hari dengan bawaan full pack. Dari atas flyover pandangan mata cukup luas ke arah timur, terlihat jelas kerumunan orang yang beraktifitas, ada yang nunggu busaway di koridor ps.rebo, ada tukang buah yang mulai bersiap buka tokonya dan beberapa puluh orang yang entah dari jam berapa sabar menunggu bis dalam kota ataupun luar kota, karena kebetulan daerah Pasar Rebo sering dijadikan terminal bayangan yang sering kali menyebabkan kemacetan parah di jam berapapun dan hari apapun, apalagi jam jam berangkat dan orang pulang kerja.
Cuaca sedikit kurang bersahabat, karena baru beberapa kali motret, gerimispun datang tanpa diundang, tapi lumayan dapet tiga sampe lima foto, beberapa diataranya foto-foto berikut ini..



Wednesday, October 20, 2010

Festival Topeng Nusantara 2010-Cirebon | Gallery

Tanpa banyak kata, tanpa banyak cerita, ini adalah hasil hunting foto acara Festival Topeng Nusantara 16 Oktober 2010 kemarin di Cirebon. Selain foto-foto ini, banyak hal yang didapet disana, temen baru, pengalaman, dan banyak moment yang memotivasi untuk lebih semangat buat belajar fotografi, lengkap ceritanya di postingan berikutnya, semoga berkenan..

















Tuesday, October 12, 2010

Sunrise Jatiwangi V.S Sunset Baturraden (dalam satu hari)

Weekend kemaren nganter istri balik ke rumah di Jatiwangi dalam rangka cuti hamil yang diprediksi bakalan lahiran minggu-minggu awal bulan November depan. Berangkat dari Jakarta jumat malam pake kereta Cirebon Expres jadwal peberangkatan 18.30. Sampai di Cirebon jam 22.30 dan langsung nyambung perjalanan menggunakan kendaraan pribadi ke Jatiwangi, kebetulan sang Ayah mertua berkenan buat jemput di stasiun, perjalanan kurang lebih memakan waktu 1 jam. Sesampainya di rumah langsung beres-bers dan istirahat. Hari sabtu dilalui dengan mengisi waktu dirumah dan ketempat saudara sekalian cari kelapa muda, sempet motret beberapa kali disawah, tapi hasilnya kurang memuaskan. baru pada hari berikutnya Minggu 10 oktober pagi hari dapet moment bagus d belakang rumah.
Sebenernya niatnya nganter istri jalan-jalan pagi sebelum aku nyambung perjalanan ke Purwokerto jam 08.00 pagi nanti, keluar rumah sekitar pukul 05.30 an, termasuk kesiangan untuk jalan-jalan pagi, karena matahari sudah meninggi, jalanpun sudah ramai truk dan orang-orang berlalu lalang, kebetulan jalan depan rumah dilalui truk pengangkut pekerja bata di daerah belakang rumah, pastinya dimana kurang tahu, karena aku sendiri emang ngga tahu sama sekali daerah situ. Singkat cerita jalan pagi dimulai, setelah kurang lebih 5 menit dari rumah sampai di area sawah, ternyata pemandangan di sini luar biasa...tampak jelas gunung cermai yang memanjang dari kejauhan berlatar belakang langit yang masih membiru, sesaat langsung terlintas "motret...", saat itu juga aku balik sendiri kerumah buat ambil D80 kesayangan. Saat itu D80 dipasangkan sama lensa 18-55mm/3.5-5.6G VR, kebetulan koleksi lensa yang baru dibeli beberapa hari lalu.
Lensa 18-55mm/3.5-5.6 G VR hanya dilapis filter Kenko UV 52mm dirasa cukup untuk mengabadikan keindahan disini, walaupun sebenernya kalau ditambah dengan filter GND8 yang ada di tas bakal lebih bagus lagi, soalnya matahari memang sudah terlalu terik, cuma karena ring adapternya hanya ada yang 72mm, belum ada yang 52mm jadi belum bisa terpasang. Biar ngga penasaran ni beberapa hasil foto sunrise di Jatiwangi
D80 | Nikkor 18-55mm/3.5-5.6G VR | 1/500 f.11 | ISO 200

D80 | Nikkor 18-55mm/3.5-5.6G VR | 1/250 f.8  | ISO 200

D80 | Nikkor 18-55mm/3.5-5.6G VR | 1/250 f.8| ISO 200

D80 | Nikkor 18-55mm/3.5-5.6G VR | 1/250 f.11 | IS0.200


Setelah jalan pagi berbonus sunrise Jatiwangi, persiapan perjalanan ke Purwokerto pun dimulai, paking barang, mandi, sarapan bubur kacang ijo dan akhirnya jam 08.00 pagi berangkat. Penantian bus Sangkuriang jurusan Bandung-Purwokerto cukup lama, sampai akhirnya hampir jam 09.00 bus akhirnya datang juga. Perjalanan Jatiwangi - Purwokerto via jalur pantura cukup memakan waktu, apalagi bus transit hampir satu jam di kota Tegal. Jadwal yang mestinya sampai di Purwokerto kurang lebih jam 16.00 akhirnya telat sampai hampir 2 jam, tepatnya jam 17.10. Sambung lagi perjalanan kurang lebih setengah jam sampai ke rumah menggunakan akutan wisata jurusan Baturraden, tepat jam 17.40 sampai di rumah. Cuaca cerah saat itu beda sama hari-hari sebelumnya yang katanya selalu hujan deras. Sesampainya dirumah ngobrol sama keluarga, dan sempet beberapa kali motret ponakan di teras, tapi kemudian pandangan mata teralihkan pada cahaya matahari yang merah kekuningan, spontan langsung ambil kamera dan menggunakan motor segera melaju mencari spot buat mengabadikan sunset saat itu.
Berkejar-kejaran dengan waktu durasi keindahan alam yang hanya berdurasi tidak lebih dari 10 menit, dua spot pemotretan di coba saat itu, spot pertama hasilnya kurang memuaskan karena sedikit terhalang pepohonan, ada 3 foto yang terekam saat itu, berikut adalah salah satunya...
D80 | Nikkor 18-55mm/3.5-5.6G VR | 1/125 f.11 | IS0.200





Yang menarik dari foto diatas adalah bentukan awan yang menyatu dengan siluet pohon yang seolah-olah menyemburkan sesuatu dari bawah ke ujung atas langit.
Kurang dari 2 menit dari spot pertama, ketemu spot yang cukup terbuka, walaupun mesti menyebrang parit dan masuk ke kebun cabai dan tomat sampai akhirnya dapet spot yang cukup bagus. Dari sini pandangan mata terbuka lebar dari sisi selatan, barat sampai ke utara. Tanpa menyia-nyiakan waktu, langsung pasang badan buat mengabadikannya.
Sedikit kesulitan karena tindak menggunakan tripod, sementara cahaya sudah mulai gelap, yang tadinya berencana menggunakan ISO 100, terpaksa dinaikan ke ISO 200, menggunakan metode Braketing diambil beberapa foto dengan variasi dari 0,5 stop sampai 1 stop. Berikut beberapa foto yang hasilnya dirasa cukup memuaskan..
D80 | Nikkor 18-55mm/3.5-5.6G VR | 0,5" f.8 | IS0.200


D80 | Nikkor 18-55mm/3.5-5.6G VR | 1/3 f.8 | IS0.200

D80 | Nikkor 18-55mm/3.5-5.6G VR | 1/10 f.8 | IS0.200
Pemotretan berakhir seiring dikumandangakan Adzan Maghrib, cukup puas dengan pengalaman seru mengabadikan keindahan sang mentari dari dua tempat yang berjauhan, sunrise di Jatiwangi dan sunset di Baturraden. Keduanya memiliki keindahan yang sama dengan cerita seru dibalik semua foto-fotonya, benar-benar sebuah proses belajar fotografi yang seru dan membuat semakin bersemangat untuk mencari spot-spot menarik lainnya...

Saturday, October 9, 2010

Jak Japan Matsuri 2010

Minggu,  3 Oktober  kemaren di areal Monas diadakan festifal tahunan budaya dan kesenian Jepang yang dikenal dengan Jak Japan Matsuri.  Tidak seperti hari-hari sebelumnya, padaa saat diadakannya acara ini cuaca di Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan deras, mulai dari jam 11 siang sampai tengah malam, padahal dua hari sebelumnya cuaca kota Jakarta dan sekitarnya cukup bersahabat, hanya turun gerimis di sore sampai malam hari.

Ditengah guyuran hujan acara Jak Japan Matsuri ini di mulai pukul 12.00 dengan harga tiket masuk Rp 20.000,-. Konsep dan susunan acaranya cukup padat yang dijadwalkan penutupan sampai pukul 20.00 dengan acara pesta kembang api. Sudah hampir 2 minggu informasi acara ini sudah masuk di FB lengkap beserta rincian acara dan jadwal kegiatan, dapat informasinya awalnya dari klub fotografi  Alun-Alun Nikonian Kaskus. Terbayang bakal asik dan meriahnya acara ini, dan berasa ngga sabar buat muter-muter zoom lensa 28-200 ku yang sudah lama terdiam di drybox.

Hari yang dinanti tiba, malam sebelumnya sabtu 2 oktober gear sudah dengan rapih disiapkan di tas, lensa sudah dipastikan bebas debu, batre pun sudah semaleman bertengger di charger, buat memastikan tahan dari siang sampai malem, maklum cuma  punya satu batre, belum punya cadangan mungkin suatu saat nanti kalau udah ada modal.  Rencana berangkat kelokasi jam 11.00 siang, kebetulan ada janji sama kakakku yang tinggal di Tanggerang mau pinjem kamera buat dibawa ke Wasington DC. Sebelum berangkat disempetin nganter istri belanja buah, soalnya istri bakal ditinggal sendiri dirumah, jadi memastikan makanan dan buah  tersedia buat buat bunda dan jabang bayi.

Tepat jam 11 siang belanja selesai, tapi terlanyata diluar hujan deras yang disertai angin, masih terbayang kekecewaan saat itu…”gimana motretnya kalau hujan gini…” gumamku pada istri…. Nunggu sesaat namun akhirnya ngga sabar juga, nekat hujan-hujanan buat secepatnya pulang kerumah. Sesampainya di rumah paking camera, jas ujan tripod, raincover dan siap berangkat. Sebetulnya bener-bener memaksakan diri saat itu. Kondisi badan masih sakit batuk akibat radang yang kambuh, kebetulan seharian itu belum juga terisi nasi, kalau ga salah baru makan roti tawar 1 pasang, mau bagaimana lagi sudah terlanjur niat, kalau ngga berangkat ngalamat bakalan suntuk sendiri dirumah, malah jadi kepikiran terus, setidaknya kalau nekat berangkat walaupun sakit tetep dapet fotonya.

Sampai di lokasi secepatnya parkir motor di stasiun gambir, sekalian ketemu kakakku yang sudah menunggu 1 jam lebih. Agenda pertama selesai, nyerahin kamera sekalian ketemu ponakanku, sekarang tinggal agenda utama hunting Jak Japan Matsuri 2010, tapi sebelumnya ada satu agenda penting lagi, pesen tiket kereta Cirebon Exspres buat jumat 8 oktober besok, karena kebetulan hari itu istri sudah mulai cuti hamil, jadi selama 3 bulan kedepan bakal sering bolak balik pake ni kereta buat jenguk istri dan buah hati tercinta. Lanjut ke agenda utama, dari gambir berjalan kaki langsung ke areal monas tempat Jak Japan Matsuri berlangsung. Tiket seharga 20 ribupun dikantongin, bonus kipas dan stampel dari panitia, saat itu hujan  masih turun, sedikit gerimis cuma  teap masih cukup rawan buat kamera kesayangan, berpikir puluhan kali buat ngeluarin kamera dari tas. Setelah berputar-putar dari tenda ketenda, berbecek-becekan melihat sana sini buat cari objek dan spot yang menarik, akhirnya hujan berenti, dan D80 beserta lensa 28-200 ku pun beraksi. Banyak sekali objek menarik disini, pengunjung yang berkostum jepang, para penari jepang yang rata – rata berasal dari SMU/SMA di sekitar Jakarta, lampion-lampion ciri khas budaya jepang yang tergantung dibelakang panggung, dan banyak lagi yang lainnya.




Moment pertama yang terekam adalah tari kombinasi budaya jepang dan Indonesia, disini unsur beberapa tari daerah dari Indonesia di sajikan dengan music dan busana jepang dengan sedikit koreo atau gerakan khas jepang. Walaupun di lakukan ditengah genangan air hujan setinggi mata kaki, namun semangat peserta dan penonton tetap seru disini, bahkan saat gerimis mulai turun seolah tidak dirasakan oleh peserta maupun penonton disini.




Hunting foto disertai guyuran hujan tidak berasa sudah masuk magrib, hujanpun bertambah besar, pada saat moment yang ditunggu-tunggu yaitu arak-arakan mikosi hujanpun masih belum bersahabat, mau nekat ambil foto, resiko sama kamera, ngga ngambil foto saying. Akhirnya nekat di depan stan nekat buka kamera, Karena kondisi gelap , memberanikan diri pake ISO 800, soalnya pake internal flas foto malah jadi ngga bagus, jadi lebih memilih beresiko dengan noise, tapi gambar tetap tampil natural. Ternyata subjek terus bergerak, karena kondisi yang gelap walaupun dengan ISO 800 pun pengambilan foto mesti pakai speed lambat, saat itu pake speed 3 sampai 5. Tripodpun ngga sempet terpasang karena banyaknya penonton jadi beresiko tripod tertendang orang. Walhasil fotonyanya pun agak sedikit blur, walaupun noisenya ngga separah yang dibayangin.






Tepat jam 19.00 panitia memutuskan menutup acara lebih awal karena pertimbangan cuaca yang tidak mendukung, kekecewaanpun muncul saat tahu puncak acara penutupan berupa pesta kembang api tidak jadi diadakan. Menunggu hujan reda, walaupun akhirnya tetap  ngga reda-reda, akhirnya nekat pulang ditengah gerimis. Sedikit mengobati kekecewaan nekat motret monas dengan cahaya malamnya beberapa kali jepret, setelah itu berjalan lagi dengan telanjang kaki, karena sandal gunung yang sudah dipakai hampir 2 tahun ini jebol ngga kuat terendam lama. Kurang lebih tinggal 100meter dari pintu timur (sebelah stasiun gambir) suara letusan kembang apipun terdengar. Sejenak kaget dan spontan ambil kamera dan tripod untuk ambil gambar, karena segala sesuatunya bertindak spontan, settingan kamera pun kurang maksimal. Settingan speed yang masih kurang lama, saat itu menggunakan speed 1”, mestinya 2” sampai 4” untuk bisa merekam percikan kembang api dengan maksimal. ISO pun masih tersetting 800, ngga kepikiran sama sekali buat nurunin ISO atau ngerubah setting lainnga, hanya merubah dari mode A ke S, speed 1”. Pasang tripod udah jepret, itupun ngga lebih dari 10 kali jepretan kembang api berenti beraksi, rasa nyesel dan kesel bercampur jadi satu, mau teriak ngga bisa karena batuk suarapun hilang entah kemana, tapi ngga papalah, seperti tekat semula, walaupun badan ini sakit yang penting dapet fotonya, dan Alhamdulillah masih dikasih kesempatan buat ambil beberapa foto kembang api walaupun hasilnya kurang maksimal


Sampai digambir secepatnya tanjap gas buat pulang kerumah mengistirahatkan badan dan bersihiin sama ngeringin kamera, “moga aja ni kamera ngga masuk angin kaya yang punya….”hanya itu yang terpikirkan saat itu. Menyampatkan diri beli capcay langganan di depan pintu timur ragunan buat makan malam istri, sesampainya dirumah langsung mandi, bongkar kamera, terus teparr….sampai akhirnya 2 hari berikutnya bolos kerja, benar-benar pengalaman yang luar biasa…puas walaupun hasil kurang maksimal..tinggal nunggu moment-moment berikutnya, semoga aja ngga pake acara sakit sama ujan-ujanan…amin…