Saturday, December 29, 2012

Food Photo Session | Backstage Photography

Setelah sekian lama absen motret bertema kuliner, akhirnya beberapa hari kemarin keluar juga semangat buat bikin foto kuliner.
Kali ini sekalian test kualitas lighting bikinan sendiri.

Lighting dalam food photography ibarat nyawa, salah satu point penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Sama seperti foto foto still life yang lain, food fotografi memiliki tantangan dan level kesulitan tersendiri dalam permainan lighting/pencahayaan, skilas tampak simpel tapi faktanya segala sesuatu termasuk lighting perlu benar benar dipersiapkan secara matang.

Hal ini sejalan dengan ungkapan beberapa praktisi fotografi, bahwa...
" fotografi adalah sebuah proses yang butuh persiapan matang, bukan suatu kebetulan "

Berikut beberapa foto kuliner menggunakan camera ponsel:

Camera : iphone 4
App : ProCamera










Nature Photo | Mobilephone Photography

Hasil hunting foto pake handphone sambil refresing bareng keluarga di Kebun Raya Bogor

Gear :
Camera : iphone 4
App : ProCamera
Accesories : macro lens, wide lens









Thursday, December 6, 2012

Principal HDR photography

Basic principles of HDRI

A high dynamic range image (an HDR) is created from three or more impressions of the exact same scene. That’s three physical camera clicks (each image taken with different exposures), and three image files combined into one using HDR software. It’s possible to duplicate one photograph and edit each to produce three source files to input into your HDR software; that’s not a true HDR.

The technique may be used to artistic effect, or for technical reasons. The best HDR images are constructed according to a rigorous technical process, and the same tenets of post production should define the aesthetics when it comes to combining the photographs.

If HDRI is used to fulfill a technical objective (for example, showing the detail a viewer sees through a window in a room which would otherwise be washed-out on camera), the three images used must appear as close to carbon copies of one another as possible. No movement of objects in frame must occur, however small. For this reason HDRI is best suited to static scenes, and it is unsuitable for portrait photography.

It must be made using a tripod to ensure absolutely no movement of frame. Even a moving tree in the distance can ruin an HDR image.

If HDRI is used for aesthetic effect, movement can add to the interest, especially where the source images are long exposure, or where it’s desirable to trace the movement of an object (e.g. light trails, moving crowds, etc.)

HDRs are usually produced from three RAW images, which were made at exactly two stops apart from one another. (-2EV, 0EV, +2EV).


Source : http://www.matsmithphotography.com/photolife-blog/hdr-principles
These principles can be applied in hundreds of different ways.

Sunday, October 21, 2012

Image Duel | Cameraphone v.s DSLR | Nightshoot

Sedikit berlebihan mungkin judul diatas, tapi memang ini yang udah aku lakukan kemaren malam.
Seringnya tidak ada kesempatan buat hunting foto selama beberapa bulan terakhir, sampai akhirnya terinspirasi oleh temen temen comunitas kamera phonesell (coferONE) akhirnya kamera hape pun menjadi alternatif memuaskan hasrat motret kapanpun, dimanapun, termasuk sepulang kerja.

Kesibukan kerja sampai malam sepertinya memaksakan pilihan motret hanya bertemakan nightshoot, padahal sebelumnya foto foto kuliner dan natural yang menjadi selalu menjadi object foto. Dan kamera phonsell menjadi pilihan sebagai alat motret, dengan pertimbangan simpel, mudah dibawa kemana mana, fitur aplikasi kamera banyak pilihan dan ada aplikasi yang rekomended buat motret nightshoot, yaitu NightCap app for iphone.

Berikut sedikit perbandingan antara foto bertema nighshoot yang diambil menggunakan kamera ponsel dengan foto yang diambil dari kamera DSLR :

atas : Foto diambil menggunakan DSLR ; bawah : Foto diambil menggunakan kamera phone
Dua foto diatas adalah foto yang diambil dari tempat yang sama namun menggunakan device atau alat yang berbeda.
Foto pertama (atas) menggunakan kamera DSLR Nikon D200, lensa Nikkor 18-70 dan setingan seperti yang tertera di foto, sedangkan foto kedua (bawah) diambil menggunakan kamera ponsel iphone 4 | applikasi Night Cap app dan diperoleh data exif dengan detail terlampir di samping foto.

Untuk penilaian, sepertinya terlalu subectif kalau aku kasih penilaian sendiri pada kedua foto tersebut, mungkin akan lebih baik apabila berkenan, pembaca silahkan berikan penilan dengan menuliskan di comment postingan ini.

Berikut foto aslinya agar bisa melihat lebih detail (klik gambar untuk memperbesar foto ) :

(1). Foto menggunakan DSLR 
Nightshoot menggunakan DSLR | Nikon D200 | Nikkor AF-S 18-70 | UFO 260 Tripod
(2). Foto menggunakan kamera ponsel

Nightshoot menggunakan kamera ponsel | iphone 4 | NightCap app | Mini Gorilapod

photo by : Dedi Triono
location : Jembatan koridor busway HI - Jakarta, Indonesia

Goresan Cahaya | Nightshoot | HI

Nightshoot....
Yang terlintas saat mendengar kata tadi adalah gemerlap cahaya, dominasi foto gelap dan lighttrail warna merah-putih yang tergores panjang di sepanjang bidang foto

Hal ini juga coba disajikan dalam foto foto hasil hunting sepulang kerja jumat kemaren, ngga jauh jauh dari lokasi kantor, masih diseputar HI.

Setelah hampir 2-3 minggu asik motret nightshoot pake kamera phone, sekarang coba pake kamera SLR yang dah lama ngga keluar dry box.

Gear yang dipake kali ini :
Nikon D200 | Nikkor AF-S 18-70 | UFO 260 tripod

Setingan kamera :
Mode : S (Speed) Setting
Speed exposure : 8 s/d 10 sec (untuk foto-foto light trail); 1/15 sec (untuk foto panning)
ISO : Auto setting, dengan maksimum ISO 400
No Flash.

Berikut beberapa foto night shoot hasil hunting kemaren :







Dual exposure single frame, hasil penggabungan 2 foto dalam satu frame, langsung dari  kamera tanpa editan di software
( akan di ulas dipostingan berikutnya soal detail teknis dan caranya )
photo by : Dedi Triono
taken date : 10/18.2012
location : Bundaran HI - Jakarta

Wednesday, October 10, 2012

Kuliner Fotografi versi Kamera Phone | Galery

Bakso Pekih - Purwokerto

Lele Kremes - Lele Lela


Sirloin Steak - Abuba Steak

Nasi Rawon - BSD Tangerang

Sambal Taoge

Almond Cake - Aston Sumarecon Tangerang

Sate Padang - Karawaci

Fresh Salad - Aston Sumarecon Tangerang

Cheese Roll - Pizza Hut

Udang Goreng Mayonnez - BSD Tangerang

Gear & Application; 
iPhone 4 | ProCamera app | Filterstroom | Snapseed

photo by dtriono

Wednesday, October 3, 2012

Light Trails Fotografi Menggunakan Kamera Ponsel

Siapa yang tidak berminat menghasilkan foto-foto menarik yang biasa dihasilkan kamera kamera mahal sekelas DSLR, tapi hanya dengan menggunakan kamera ponsel.

Light trails adalah salah satu foto berjenis slow speed yang akan menghasilkan foto-foto malam dengan efek cahaya yang cantik dan luar biasa.

Berikut beberapa contoh foto-foto bertema Light Trails hasil jepretan DSLR (sebagai perbandingan sebelum melihat hasil jepretan kamera ponsel )

Jembatan AMPERA - Palembang
Nikon D200 | Nikkor AF-S 18-70

Jalan Soedirman - Palembang
Nikon D200 | Nikkor AF-S 18-70

Jalan Soedirman - Palembang
Nikon D200 | Nikkor AF-S 18-70

Bundaran Citra Raya - Tangerang
Nikon D80 | Nikkor AF-S 18-55
Foto - foto diatas diambil menggunakan kamera DSLR Nikon D80 dan Nikon D200. Semuanya menggunakan teknik slow shooter ( Speed 1/4s - 1/10s )dengan bukaan diafragma kecil (F 1/10 - F 1/16), ISO yang digunakan dipilih mulai dari ISO 400-800, tidak berani lebih dari itu soalnya bakal banyak noise.

Sedangkan berikut adalah foto-foto light trails hasil jepretan kamera ponsel :
Soedirman - Jakarta | View dari jembatan Tosari
iphone 4 | Top Camera app


Bundaran HI - Jakarta
iphone 4 | Top Camera app

Bundaran HI - Jakarta
iphone 4 | Top Camera app | edit via FilterStrom for iphone

Bundaran HI - Jakarta
iphone 4 | Top Camera app

Thamrin - Jakarta | View dari jembatan busway HI
iphone 4 | Top Camera app

Foto-Foto diatas diambil menggunakan kamera Iphone 4, dengan aplikasi kamera Top Camera app.
Top Camera app adalah satu dari sekian banyak pilihan aplikasi kamera yang bisa digunakan untuk motret foto bertema light trail, mengingat tidak semua applikasi kamera bisa motret ight trail.
Sarat utama adalah support setting speed atau time shooter secara manual atau expert setting, karena dibutuhkan shooter rendah untuk menghasilkan foto light trails.

Selain dukungan aplikasi, hal yang tidak kalah penting adalah tripod, hal ini penting untuk menjaga goncangan mengingat dengan shooter lambat akan mengakibatkan resiko foto goyang atau blur.

Berikut tripod yang saya pake untuk menyangga ponsel yang saya gunakan untuk motret light trail :

Tripod hasil modifikasi sendiri, menyesuaikan dengan ponsel saya yang tidak memiliki dudukan atau lobang untuk dipasang tripod. Secara umum ini adalah gabungan dari mini gorilapod untuk kamera pocket dikombinasi dengan device holder yang biasa dipasang di mobil (ditempel di kaca), untuk lebih detailnya akan di ulas di sesi lain untuk alternatif membuat tripod untuk kamera ponsel.

Semoga bisa menjadi inspirasi, karena dalam fotografi tidak ada batasan alat ataupun cara yang mesti kita lakukan untuk bermain main dengan cahaya untuk menghasilkan karya visual yang disebut foto.

Pesan saya, bawa selalu ponsel berkamera anda kemanapun anda pergi, karena moment indah ada dimana saja, dan akan menjadi kebanggan tersendiri saat kita bisa mengabadikanya menggunakan kamera ponsel.



Dedikasi dan inspirasi untuk temen temen coferONE (Fotografi Kamera Phone / Mobile Phone Photography Community Indonesia)


Sunday, September 16, 2012

DIY : Lensa Opsional Bikinan Sendiri untuk Kamera Ponsel

Terinspirasi oleh semakin maraknya dunia fotografi yang semakin hari semakin dimanjakaan dengan berbagai teknologi dan acessories. Bahkan saat ini fotografi bukan hanya milik brain/merek fotografi produsen kamera digital baik pocket maupun DSLR melainkan fotografi sudah menjadi prioritas bagi para produsen berbagai merk gadjet, mulai dari ponsel, tablet, mp3 player dan notebok atau eReader.

Sejak bergabung dengan salah satu komunitas fotografi ponsel di salah satu jejaring social bernama coferONE kurang lebih satu minggu yang lalu, telah membuka mata saya bahwa dunia fotografi bukan hanya "melulu" berbicara soal DSLR dan lensa lensa segede gaban ( baca:berukuran besar) dengan harga yang lumayan mahal.

Hal yang paling menarik digroup ini adalah saat beberapa member mulai share hasil jepretannya bertemakan macro, still life dan kuliner. Tiga tema tadi sejak sebelum bergabung di group ini tidak pernah terbayangkan sedikitpun akan mampu dihasilkan oleh kamera ponsel, selalu beranggapan bahwa untuk menghasilkan tiga tema tersebut dibutuhkan kamera DSLR lengkap beserta daya dukung lighting dan mini studio yang cukup ribet, namun hal ini seketika hilang saat mulai bermunculan foto-foto inspiratif bertemakan macro, still dan kuliner di group ini.

Akhirnya setelah hari sabtu kemaren berkesempatan tatap muka dengan beberapa member regional Jabodetabek (walaupun kurang berpartisipasi secara maksimal), mulailah muncul semangat dan sikap tertantang lagi untuk belajar fotografi dan berkreasi dengan memaksimalkan kamera ponsel yang ada. Salah satu langkah awal adalah memenuhi kebutuhan untuk pengadaan lensa opsional untuk support foto-foto bertemakan macro, still life dan kuliner.

Berikut proses pembuatan lensa yang dimaksudkan untuk motret foto-foto bertema still life :
1. Alat dan Bahan

  • lampu senter ( pilih yang memiliki kaca berbentuk cembung )
  • tempat cotton bud, ambil tutupnya saja (umumnya berupa mika tipis berwarna transparan/bening), ukuran diameternya bisa dipilih yang paling mendekati ukuran diameter kaca lampu senter
  • lembaran spon tipis (+/- 2mm), pilih warna hitam
  • lem serbaguna, atau bis apilih semacam alteco
  • gunting

2. Proses Pembuatan
  • lepas ujung penutup lampu senter, pisahkan antara dudukan kaca/lensa depan dengan badan senter  

  • ambil tutup cotton bud, usahakan pilih tempat cotton bud dengan diameter yang tidak jauh beda dengan diameter tutup lampu senter. apabila tidak ada ukuran yang sesuai, usahakan yang paling mendekati dengan diameter lebih kecil bukan lebih besar, nantinya diameter tutup cotton bud bisa dilapis spon untuk penyesuaian.

  • lapis tutup cotton bud dengan spon, sebelumnya pada spon dan tutup cotton bud dibuat lobang 1/4 lingkaran dengan ukuran lebar disesuaikan dengan ketebalan ponsel. pertimbangan pemotongan sepanjang 1/4 lingkaran diperuntukan untuk ponsel dengan posisi kamera di pojok (kanan/kiri), sebagai contoh disini adalah iphone, apabila kamera berada di tengah atas, dan posisinya dari sisi atas ponsel ngga lebih dari diameter tutup cottong bud maka bisa dibuat panjangnya lobang 1/2 lingkaran.untuk menempelkannya sebaiknya gunakan double selotip, selain kuat lapisan lemnya juga tipis, hasilnya bisa lebih rapih.

kenampakan setelah dilapis spon berwarna hitam :
  
lapisan spon dibuat dua lapis untuk menyesuaikan diameter dudukan kaca/lensa lampu senter
  • pasang tutup lampu senter yang sebelumnya kaca/lensa lampu senter di lem menggunakan lem serbaguna/alteco/uhu pada dudukannya agar posisinya permanen (tidak goyang)

  • setelah semua permikaan tutup cotton bud dilapis spon hitam dan tutup lampu senter beserta kaca/lensanya dipasang, opsional lensa bikinan sendiri siap digunakan, caranya masukan ponsel ke lobang yang sudah dibuat sebelumnya seperti pada gambar berikut :


untuk mengatur posisinya, lihat pada layar ponsel apakah posisi lensa kamera sudah ditengah, atur vignetenya sampai tidak terlihat di masing-masing pojokan bidang foto. apabila masih terdapat vignete, pastikan posisi vignete berimbang dengan titik fokus pas di tengah, kemudian lakukan zooming seperlunya sampai vignete tersebut tidak terlihat.
atur jarak lensa dengan object untuk mengatur fokus (umumnya +/- 15cm dr objek), dan apabila kamera pada ponsel mendukung selecting fokus, lakukan selecting fokus pada titik tertentu yang diinginkan.

beberapa foto hasil uji pertama  coba :







 note :
keseluruhan foto diupload seadanya, tanpa ada proses cropping dan edit apapun, pada saat motret kamera tidak dizoom dan setingan kamera masih standar, hanya melakukan selecting focus.
kamera yang digunakan :
- iphone 4 menggunakan ProCamera app
- xperia Active menggunakan kamera standar
framing menggunakan fotoFrame app

terimakasih buat temen - temen coferONE atas inspirasi dan masukannya, atas karya yang luar biasa yang bikin diri ini iri dan selalu merasa kurang puas dengan karya sendiri, brusaha untuk tetap belajar, berbagi dan mengharap koreksi dari semuanya, semata mata hanya untuk memperbaiki diri dalam proses belajar fotografi.
silahkan dishare apabila memang dirasa ada manfaatnya. :)