Emang bisa...??? mungkin itu yang ada dibenak beberapa orang saat baca judul postingan ini. Jawabannya "pasti bisa". Belajar fotografi sendiri atau otodidak bisa dilakukan oleh semua orang, dan otodidak disini bukan berarti benar-benar segala sesuatunya dilakukan sendiri, tetap mesti ada arahan dan referensinya. Hal paling gampang untuk kita yang belajar fotografi otodidak tanpa bimbingan formal orang lain, seperti khursus atau privat fotografi adalah rajin-rajin cari referensi di internet, buku atau majalah.
Pemanfaatan teknologi internet dalam proses belajar fotografi memiliki peranan yang cukup besar, apalagi di era digital seperti sekarang. Banyaknya situs atau blog fotografi sangat membantu kita untuk memperoleh informasi seputar fotografi, baik perkembangan teknologinya, tutorial atau tips-tips fotografi, review product agar kita bisa lebih mengenal peralatan fotografi yang nantinya akan kita butuhkan sampai ratusan bahkan ribuan foto-foto bagus yang bisa menjadi inspirasi kita dalam belajar fotografi.
Hal utama yang harus kita ketahui adalah kenali peralatan fotografi utama yang akan kita gunakan, yaitu kamera. Kita harus benar-benar mengenali teknis pengoperasian kamera yang akan kita gunakan, baik kamera pocket, SLR maupun DSLR. Kenali bagaimana prinsip kerja kamera dalam menangkap cahaya dan hal-hal yang mempengaruhinya, karena hal ini adalah yang menentukan kualitas & kenampakan foto yang akan kita hasilkan.
Proses menangkap cahaya dalam fotografi dikenal dengan istilah Exposure yang ditentukan oleh 3 elemen utama, yaitu Apeture atau bukaan diagfragma; Shutter Speed atau kecepatan dalam menangkap cahaya; dan ISO/ASA yaitu tingkat kepekaan sensor/film dalam merekam atau menangkap cahaya. Kualitas cahaya yang masuk ke dalam kamera sangat ditentukan oleh ketiga elemen diatas, apabila cahaya berlebih maka akan terjadi over / terlalu terang, sebaliknya jika cahaya yang masuk terlalu minim maka cahaya yang masuk ke kamera akan under / terlalu gelap. Prinsip utamanya adalah cahaya yang terekam kamera dikatakan optimal jika sesuai atau sama dengan kondisi aslinya. Setelah kita mengetahui prinsip diatas, baru kita sering-sering praktek untuk mengetahui bagaimana cara mengatur kombinasi ke 3 elemen tersebut untuk memperoleh cahaya yang optimal, bagaiman cara kamera mengukur cahaya (metering)dan bagaimana kita mengetahui cahaya yang masuk ke kamera termasuk under atau over.
Hal selanjutnya adalah belajar untuk mendapatkan foto bagus. Definisi foto bagus sangat bersifat subjectif, tergantung siapa yang menilai. Apabila foto kita dinilai sama orang awam yang jarang liat foto bagus, kemungkinan foto-foto kita akan dinilai bagus akan lebih besar, tapi jangan berharap foto kita akan dibilang sempurna kalau kita sudah ada ditengah-tengah komunitas fotografi, apalagi di kelas fotografi profesional. Bagi mereka yang awam mungkin foto bagus hanya dilihat dari satu atau beberapa unsur saja, akan tetapi bagi pemerhati fotografi atau fotografer-fotografer profesional mereka akan menilai sebuah foto dari banyak sudut pandang, diantaranya komposisi, angel, tematik ide & kreatifitas dan lain sebagainya.
Namun persepsi utama foto dapat dikatakan bagus adalah bisa dinikmati oleh orang lain, bukan hanya kita yang menciptakan fotonya yang cenderung akan menilai foto kita sendiri secara subjektif. Biarlah orang lain yang menilai foto kita bagus atau tidak, tugas kita hanya berusaha mendapatkannya. Cobalah mencari referansi foto-foto orang lain yang masuk kategori bagus menurut persepsi kita sendiri. Sumbernya bisa beragam, dari majalah, koran, tabloid atau lebih mudah lagi memanfatkan search engine di internet, tinggal keting aja kata kunci yang dicari di google, pilin sub menu gambar/image maka akan muncul ratusan foto yang bisa kita nilai. Dari sini bisa menjadi sumber inspirasi kita untuk menciptakan foto bagus.
Tentukan style atau gaya fotografi kita sendiri, jangan murni meniru orang lain. Mungkin ini bukan hal mudah, karena membutuhkan proses dan panilaian dari banyak orang, namun semakin sering kita melakukan pemotretan maka kita akan menemukan style fotografi kita sendiri. Jangan terpaku pada satu kategory fotografi saja, misal hanya mencoba foto landscape, makro atau potret saja. Semakin banyak object yang kita foto, semakin mudah bagi kita untuk mengetahui minal dan spesifikasi fotografi yang ingin kita pelajari lebih lanjut.
Hal yang tidak kalah penting dalam proses belajar fotografi otodidak adalah berbagi atau share. Dengan berbagi kita akan mendapatkan banyak masukan, kritik & saran yang dapat menyempurnakan foto kita nantinya. Banyak fasilitas untuk dapat memamerkan foto-foto kita pada orang lain, upload foto di facebook, twiter, ikut gabung di komunitas fotografi online, atau membuat blog untuk menampilkan foto-foto kita sebelum kita membuat portofolio fotografi yang sebenarnya.
Dalam fotografi dikenal istilah "man behind the gun", kualitas foto kita tidak semata-mata tidak hanya ditentukan oleh paralatan atau jenis kamera dan lensa yang kita gunakan, tapi lebih pada siapa yang memotretnya. Teruslah mencoba untuk motret apapun yang bagus menurut kita, cobalah terus mengeksplorasi kemampuan dan wawasan kita terhadap fotografi, buka pikiran dan pandangan kita terhadap perkembangan dunia fotografi agar kita tidak menjadi sosok "kuper" yang nantinya bakal tercermin pada kualitas foto yang kita hasilkan.
Optimis, yakin dan percaya diri..teruslah mengabadikan dalam bidikan kamera apapun yang ingin kita abadikan...
"dikutip dari berbagai sumber"
No comments:
Post a Comment