Sunday, June 10, 2012

Hanya aku, istri dan anak'ku...

Pas tepat ultah istri'ku tercinta, karena tuntutan kerjaan dan alasan rasional lainnya hari ini kami mesti saling menyuskuri dan menikmati nikmatNya untuk keluarga kecil ini di tempat terpisah, istri dan anaku Raisha di Bekasi ditemani sama Bi Eeen (adek' Papah), sedangkan aku mesti menjalani training di kantor Singapore.

Kejadian semalam (9/6/2012, kurang lebih jam 19.15), buah hati kami mulai muntah saat makan malem, hal ini dikarenakan batuk. Berlanjut setelah itu hampir setiap 1/2 jam Raisha batuk disertai rengekan tangisan dan beberapa kali muntah.

Sedih, kasian, bingung dan khawatir melebur menjadi satu. konsentrasipun terbagi antara packing persiapan buat perjalanan besok, sisa PR pekerjaan yang belum selesai, dan khawatir akan kondisi Raisha yang lagi sakit.  Spontan untuk beberapa kali keluar nada tegas dari mulut ini, sekedar untuk memastikan Raisha secepatnya ditangani pada saat mulai batuk dan nangis.

Semalamam sampai jam 03.30 tadi pagi, raisha entah berapa kali terbangun disertai tangisan sedih karena batuk yang mengganggu dan juga muntah, ditambah lagi demam yang membuat kami semakin khawatir. Entah ini cobaan atau ujian kado buat ultah istri tercintaku, atau bahkan ini adalah ujian buatku untuk masalah memori atau ingatan akan moment-moment penting seperti ultah istri, karena memang sudah bukan rahasia lagi kalau untuk masalah lupa moment-moment penting seolah udah identik dengan sosok bapak yang satu ini, bahkan untuk mengingat tanggal pernikahan ngga cukup dua kali flashback, setidaknya butuh 3x berpikir baru ingat.

Bukan sepenuhnya lupa, karena beberapa menit sebelum beralih ke hari inipun masih terlintas ucapan dan ungkapan sayangku ke istri, sampai akhirnya semua bahkan bukan hanya moment ultah istri, berasa segalanya terlupakan dan tidak berarti lagi selain terpikir beban berat mesti meninggalkan Raisha dalam kondisi sakit, mesti meninggalkan istri dengan segala aktivitas tanpa campur tanganku sebagai suami.
Walaupun hanya beberapa hari, namun apabila melihat kebelakang dan beberapa bulan kedepan, sepertinya setengah menit buat kami sangat berarti untuk menikmati kebersamaan ini. Tanpa bermaksud menciptakan sebuah keluhan atau sikap lemah menjaladi apa yang sudah dijalani saat ini, tapi konsekuansi dari pekerjaan yang menuntut lebih berada diluar rumah membuat kami benar-benar belajar untuk lebih menghargai waktu dan kebersamaan antara satu sama yang lain.

Beberapa kata yang sampai hampir 3 tahun pernikahan kami ini belum pernah terucapkan dari mulut ini, bukannya ngga bisa, bukannya ngga berani apalagi alasan ngga mampu, tapi karena terlalu takut perkataan jujur yang murni dari hati ini ngga berjalan beriringan dengan apa yang telah aku lakukan sebagai seorang suami, ayah dan imam di keluarga kecil ini. Seiring berjalan waktu, beriringan juga masalah dan cobaan hidup ini, sesekali dibumbui dengan salah paham, curiga bahkan tanpa diingkari pula keluar sedikit atau banyak nada emosi dari mulut ini, karena biar bagaimanapun diri ini tidaklah lebih dari sosok manusia yang tidak pernah luput dari dosa dan salah, proses pendewasaan lah yang selalu menjadi pembatas dan pengingat akan kontrol disepanjang perjalanan hidup ini.

" Istriku, sosok yang telah digariskan olehNya untuk menjadi pelengkap tulang rusukku...
Istriku, sosok penyempurna yang selalu mengisi hari dan keseharianku...
Istriku, sosok satu-satunya yang menjadi alasan diri ini bernafas, berjalan dan berlari di atas kehidupan yang penuh liku..

dan...

Anakku, bukti cinta kasih kami sebagai suami istri dan sebagai umatMu ya Alloh...
Anakku, bukti kepercayaanMu pada kami atas segala kemampuan menciptakan generasi solehah dan keluarga islam yang selalu di jalanMu ya Alloh...
Anakku yang selalu menjadi pemersatu segala perbedaan karakter kami sebagai manusia, orang tua ataupun sebagai sosok individu baik sebagai suami dan istri atau hanya sebagai sosok lemah manusia dihadapMu...

Hanya untuk mereka (istri & anaku) diri ini berdoa, ikhtiar dan terus berproses menjalani hidup ini...
berusaha keras menjauh dari keluhan, dan selalu berusaha keras menciptakan keikhlasan
hanya semata demi kebahagiaan kami sekeluarga...

Dan hanya untuk mereka (istri & anakku) alasan segala hembusan dan tarikan nafas ini mengalir, tiada yang lain selain alasan dari segala alasan di dunia ini...Segala ikhlas dan imanku hanya untukMu ya Alloh...

Tak hanya berharap Kau mudahkan jalan hidup kami, tapi Kau kuatkan diri ini agar bisa melalui segala ujianMu dan diberi keikhlasan dan rasa sabar menghadapi semuanya, dan juga berikanlah kebersamaan dan kebahagian yang sempurna untuk kami sekeluarga...

amin...amin...."


Selamat ultah sayangku, istriku dan ibu dari anak-anakku... tulus sayang dan cinta ini untukmu... dan aku yakin engkapun begitu, seyakin bahwa esok kan datang mentari pagi lagi...

Tetaplah menjadi sosok istri, sahabat dan pelengkap dari bagian hidupku...
karena aku yakin entah apa yang akan terjadi, saat setiap detik dari nafasku tak tertulis namamu di takdir hidupku....
Cukup hanya untukku, istri dan anak'ku...
dan cukup hanya aku dan Alloh yang tau atas segala keihklasan dan kesungguhanku....



Untuk cinta dan dan bagian tulang rusuk'ku, Sri Aninda Wulansari...
dan untuk buah hati dan penyempurna segala rizky dan hidupku, Raisha Azma Khanzahra...


Ayah,


Sunday, June 3, 2012

Stasiun Medan |Gallery|







Location :
Train Station Medan
Gear :
Nikon D200 | Nikkor 70-300
Photo by :
Triono, Dedi