Sunday, May 29, 2011

Macro in Yellow | How to make it ?

Macro, salah satu cabang fotografi yang paling saya sukai, selain objeknya banyak tersedia disekitar kita, hasilnyapun terkadang bisa membuat kita melihat sisi lain objek - objek tertentu yang kita foto.
Standar pemotretan foto macro emang membutuhkan gear-gear khusus yang sudah tentu harganya tidak sedikit, untuk satu lensa khusus marco aja semurah murahnya harganya kurang lebih 3 jutaan, belum ring flash yang biasanya di jadikan pencahaayan andalan utama saat pemotretan macro.
Sore kemaren, setelah sekian lama ngga pernah motret makro, akhirnya niat buat berekperimen muncul lagi, hanya saja kali ini objectnya di bawa ke kamar (konsep indoor).
Tanpa persiapan alat khusus, pemotretan macro kali ini menggunakan alat alat seadanya. Gear yang dipake nikon D200, lensa lama Nikkor AF 35-70/3.3-4.5 D, speedlight SB-23, Macro extension tube manual, dan beberapa tools pendukung seperti tang jepit, cermin kecil dan laptop buat membantu pencahayaan, kurang lebih kenampakan settingannya seperti ini :
Object diletakan di atas keyboard, bunga utama (warna kuning) di selipkan ke rubber hood lensa 52mm,  dan object pendukung di jepitkan menggunakan tang jepit, cermin digunakan untuk reflektor cahaya dari arah bawah object, sumber cahaya dihasilkan dari flash utama SB-23 yang dipasang extension diffuser untuk mengarahkan cahaya dan dilapis kain putih untuk mengurangi intensitas cahaya agar tidak terlalu kuat dan jatuhnya ke object jadi lebih lembut.
Untuk mendapatkan fokus macro pada lensa dipasang macro extension tube sebelum nempel ke body, berfungsi untuk memperpendek jarak fokus ke objek, karena ini merupakan extension tube manual maka setting fokus lensanyapun secara manual. Buat penyangga kamera dan tanggan untuk mengurangi shake/goyang digunakan batal (warna biru).


Terlihat object utama (bunga warna kuning) yang tepasang di lipatan rubber hood dan objek pendukung yang dijepit menggunakan tang untuk membuatnya dalam posisi berdiri. Cermin buat reflektor dipasang miring untuk mengarahkan cahaya dari bawah kearah objek tujuannya untuk menghilangkan efek bayangan dari cahaya flash yang datang dari arah atas object.

Settingan kamera disetting pada speed maksimal 1/250s ISO terendah menggunakan ISO 100, sedangkan flash menggunakan setting manual dengan power lighting 1/32, bukaan lensa menggunakan bukaan terkecil (F/22), dengan fokal lensa konsisten di fokal 50mm.
Total foto diambil sekitar 51 foto, setelah di pilih yang sesuai (parameter komposisi, fokus & pencahayaan) akhirnya ada sekitar 25 foto yang dianggap sesuai. Foto sengaja tidak dilakukan edit dalam bentuk apapun, karena emang tujuan pemotretan kali ini adalah untuk mengetahui seting dan komposisi yang bisa cocok untuk foto makro, termasuk naturalisasi tone dan pencahayaannya, selain itu juga ingin mencari perbandingan berapa kali total foto yang diambil dalam 1 sesi, dan berapa total yang bisa dibilang sesuai dengan keinginan kita sang eksekutor. Setidaknya kalau dari angka total foto yang diambil kalau diambil rata-rata sekitar 1:2, artinya dari 2 foto yang kita ambil setidaknya ada 1 foto yang bisa dianggep cukup bagus, walaupun belum tentu dinilai cukup bagus oleh orang lain. Beberapa foto yang di anggep gagal diakibatkan faktor komposisi dan fokus yang kurang memuaskan, di foto-foto awal kegagalan utama di pencahayaan, karena belum dapet settingan idealnya.

Berikut beberapa hasil jepretan yang saya anggep cukup memuaskan (secara subjektif), dan butuh sekali koreksi dan masukan dari para master fotografi untuk penyempurnaan foto ini 






Location : Rumah-Kebagusan, Jaksel
Gear : Nikon D200 | Nikkor AF 35-70/3.3-4.5 | Speedlight SB-23 | Macro extension tube (manual) | Extension flash diffuser (hand made)

Saturday, May 28, 2011

Malaikat kecil'ku " Raisha Azma Khanzahra " | 6bln+








Location : Ragunan Zoo - Jakarta, Indonesia
Gear :
Nikon D200 | Nikkor AF-S 18-70/3.5-4.5 ED | UV Filter Kenko 67mm | Excell Tripod UFO-260

Wednesday, May 25, 2011

Lapak Lensa Speedlight Nikon 2nd

AF-S Nikkor 18-70/3.5-4.5 ED DX
(bonus CPL filter 67mm)




AF Nikkor 35-70/3.3-4.5
 (bonus rubber hood + UV Filter 52mm)




Nikon Speedlight SB-23




Buat yang minat bisa call/sms 085 227 529 111 buat informasi harga n detail lainnya

Thursday, May 12, 2011

Night View of Medan | Street Photography

Hari ke 2 di Kota Medan.
Kota yang terkenal dengan Bentor (Becak Montor) plus panasnya yang luar biasa selama 2 hari terakhir, bahkan diberitakan bahwa saat ini merupakan suhu udara di wilayah kota Medan yang tertinggi setelah 6th terakhir, mencapai angka 36.7 C.
Aktivitas kerjaan sepanjang pagi sampai siang dan perjalanan balik ke hotel(Aryaduta Medan) yang selalu terkena macet, akhirnya hobi fotografi yang satu inipun sedikit tertahan.
Sesekali menyempatkan jeprat jepret sepanjang perjalanan hunting kuliner di sekitar hotel, tujuanpun tidak jauh jauh di salah satu pusat kuliner kota Medan, biasa dikenal nama Merdeka Walk, kurang lebih 5 - 10 menit jalan kaki dari arah hotel, kita akan melewati Aston Grand City Hall, salah satu hotel bintang lima di kota Medan, sampai dipertigaan jalan, sisi samping kiri Hotel Aston berdiri kokoh bangunan Bank Indonesia, dan Merdeka Walk terletak tepat di seberang jalannya.

Aston Grand City Hall

Bank Indonesia kota Medan

Tugu Bank Sulut, tepat berada berseberangan dengan Kantor POS Medan

Salah satu sisi asrsitekter Grand Aston City Hall

Grand Aston, tepat di depan Merdeka Walk

Merdeka Walk, salah satu pusat kuliner di kota Medan

Gear : 
Nikon D200
Lensa Nikkor 55-200 DX VR | Nikkor 18-70 DX 
Iso 320

Tuesday, May 3, 2011

Kisah Malin Kundang

Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.
Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya.
Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.
Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan pada teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal perkapalan.
Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Cerita Rakyat “Malin Kundang” ini diceritakan kembali oleh Kak Ghulam Pramudiana


Photo by Triono, Dedi | Mei 2011














Gear :
Nikon D80  | Nikkor AF-D 35-70 | Nikkor AF-S 55-200 DX VR | ISO 100

Foto Kuliner | Menu Sarapan Selama di Padang







Gear :
Nikon D80 | Nikkor 35 - 70 | ISO 400
Canon Ixus 95S