Thursday, September 30, 2010

Pesona Setu Babakan - Jagakarsa Jaksel

Setu babakan, salah satu objek wisata alam yang ada didaerah Jakarta Selatan, daerah ini merupakan kawasan wisata budaya betawi. Komplek setu babakan merupakan perkampungan adat betawi dimana warganya masih mempertahankan budaya dan adat betawi dalam kesehariannya. Salah satunya adalah arsitektur bangunan betawi. Sayang hunting foto kali ini lebih terfokus pada pemotretan Setu dan aktifitas warga di seiktarnya. Niatnya pingin latihan motret landscape jadi ngga kepikiran buat motret bangunannya, jadi saat ini tidak dibahas tentang budaya ataupun konsep bangunannya, mungkin lain waktu.

Hunting foto di Setu babakan dilakukan beberapa kali, pertama bareng sama istri, yang kedua dan beberapa kali berikutnya bareng sama temen kantor. Foto diatas adalah hasil jepretan istri menggunakan kamera pocket andalannya, Kodak Easy Share C190 menggunakan mode panorama 2 image. Ngga nyangka, ternyata istriku jago juga..:)
Setu babakan  pada pagi hari lumayan sepi, apa lagi saat pertama kali kesana pas lagi bulan puasa dan bukan hari libur juga. Menjala ikan adalah salah satu rutinitas warga disekitar Setu, biasanya mereka mulai menjala pukul 06.30, rakit yang digunakan sangat sederhana, hanya dari sederetan bambu yang diikat rapi, bahkan ada beberapa diantaranya sudah lapuk dan teronggok di tepi setu.

Taaget utama hunting di Setu Babakan sebenernya adalah pemotretan sunrise buat fotografi landscape, tapi kesana selalu telat (red:kesiangan) padahal perjalanan cuma 10 menit dari rumah di daerah ragunan. Selain itu munculnya matahari terhalam pepohonan dan beberapa bangunan yang ada di sisi timur setu, jadi sedikit kurang maksimal. Untung muncul bapak-bapak tukang jala, jadi lumayan sekalian buat belajar motret Human Interest. Benar-benar menguji kesabaran buat dapetin moment terbukanya jaring dengan sempurna, beberapa kali telat atau terlalu cepat jadi jaring hanya terbuka sebagian. Kalaupun sudah dapet moment yang bagus, pencahayaan kurang optimal, hal ini karena sudut pengambilan foto yang berlawanan arah dengan matahari, sehingga subject utamanya justru terlihat lebih gelap seperti foto diatas.
Selain belajar pemotretan landscape sama human interest, disini juga bisa dimanfaatin buat belajar bermain dengan refleksi. Birunya langit yang ter'refleksi di permukaan setu bisa menghasilkan komposisi foto yang menarik.
Beberapa objek yang terapung di setu juga bisa dimanfaatkan sebagai pelengkap untuk menghidupkan konsep refleksinya. Seperti beberapa foto yang ada disini.





Aku yakin, foto-foto disini belum mencapai hasil yang maksimal, mungkin terlalu banyak kekurangan disini sananya, maklum namanya juga belajar..:)

Belajar Landscape

Fotografi landscape, salah satu jenis fotografi yang paling banyak diminati, selain hasil fotonya yang bagus, proses pemotretannya pun bikin fresh pikiran. Menurut informasi di blog dan beberapa forum fotografi, untuk mendapatkan foto landscape yang bagus perlu memperhatikan banyak hal, diantaranya waktu pengambilan, peralatan atau kelengkapan yang dibawa saat pemotretan landscape, selain itu ada penguasaan teknik, komposisi dan banyak lagi yang lainnya.

Pemotretan landscape identik dengan pemotretan outdoor dimana matahari adalah satu-satunya sumber cahaya. Untuk mendapatkan foto landscape yang bagus kita mesti mengetahui kapan saat yang tepat untuk mengambil foto, hal ini bertujuan agar cahaya matahari tidak terlalu berlebih atau kurang. Apabila cahaya matahari terlalu berlebihan, maka foto yang dihasilkan akan over eksposure, sedangkan kalau cahaya matahari kurang, maka foto akan bersifat under, foto akan cenderung gelap. Banyak yang merekomendasikan untuk melakukan pemotretan di antara jam 05.00 subuh sampai jam 09.00; dan pemotretan pukul 16.00 sampai 18.30, diantara waktu-waktu itu terdapat saat- saat dimana kita akan menikmati momment golden hours dan blue hours. Kesabaran dan kesiapan diri terkait dengan teknis dan non teknis pemotretan, sangat dibutuhkan pada saat pemotretan landsecape


Secara teknis pemotretan landscape membutuhkan lensa sekurang-kurangnya memiliki rentang 28mm atau lebih baik lagi kurang dari 15mm. Hal ini dengan maksud untuk memperoleh bidang yang luas. Pada saat pemotretan bukaan lensa diset pada bukaan yang kecil, hal ini dengan tujuan agar mendapatkan bidang fokus yang luas dan merata, umumnya yang dipake adalah bukaan F8, F11 dan F22.

Penggunaan tripod pada pemotretan landscape juga bisa dibilang wajib agar bisa memperoleh foto yang tajam dan fokus secara maksimal. Bukaan lensa yang kecil akan menuntut kecepatan rana yang rendah untuk bisa menangkap cahaya secara optimal, pada saat seperti inilah tripod bisa dianggap wajib. Walaupun untuk sebagian orang menganggap penggunaan tripod ribet, belum lagi alesan kenyamanan dan berat tripod yag mesti dibawa pada saat pemotretan yang membuat sebagian orang berasa malas untuk menggunakan tripod.

Permainan komposisi juga perlu diketahui dalam pemotretan landscape, hal ini penting untuk bisa menuangkan maksud pemotretan agar bisa sampai ke penikmat foto yang lainnya.
dalam satu aturan komposisi yang paling banyak digunakan adalah pembagian bidang fokus didalam foto. Umumnya pembagian dibagi menjadi 3 bagian. Apabila kita berhadapan dengan hamparan langit yang indah 2/3 bidang foto bisa diisi dengan subject langit untukmemberikan kesan indah dan dramatis pada fotokita. Atau sebaliknya apabila langit dirasa kurang indah, maka 2/3 bagian disi dengan bidang daratan, dan 1/3 sisanya berupa subject langit.

Foto-foto diatas adalah beberapa hasil pemotretan landscape, kebanyakan diambil di Baturraden, kecuali foto pertama yang saya ambil di daerah Bumiayu ditengah-tengah kemacetan mudik lebaran kemaren.
Mungkin masih kurang bagus hasilnya, maklum baru belajar..:)

Tuesday, September 21, 2010

Tes NIKKOR 35-105mm/3.5-4.5 Macro

Dini hari ini dapet kesempatan buat tes lensa NIKKOR 35-105mm/3.3-4.5 Macro. Lensa ini lensa pinjeman temen kantor, rencana mau dijual, kebetulan dipercaya buat motret untuk foto atau gambaran bentuk lensanya.
Kondisi lensa second, termasuk lensa lama. Kelengkapan lensa cuma lensa + front cap. Diameter front lens 52mm, dengan kondisi lensa bening dan bodi mulus tanpa bekas geresan.
Lensa ini termasuk lensa push pull, artinya lensa yang kalau mau zooming, lensa mesti didorong. Sedangkan fungsi makro pada lensa ini hanya pada fokal lensa 35mm.
Tes penggunaan lensa dilakukan secara indoor di dalam kamar, objeknyapun seadanya.
Kenampakan lensa adalah seperti ini..





Beberapa hasil foto menggunakan lensa NIKKOR 35-105mm/3.5-4.5..
Setting lensa Macro 35mm, bukaan Fnumber 1/3.5
Fokal 105mm, bukaan Fnumber 1/4.5

Fokal 35mm, bukaan Fnumber 1/3.5
Dilihat dari hasil fotonya, lensa ini bisa dibilang cukup tajam, terutama pada makro difokal 35mm. Foto-foto diatas adalah foto-foto dengan tone level & contras asli, tanpa dilakukan editing. Edit hanya dilakukan untuk merubah ukuran foto menjadi 800 pixel. Dari foto-foto diatas yang diambil dengan settingan indoor dan peralatan seadanya, kita dapat menyimpulkan sendiri, apakah lensa ini termasuk lensa bagus atau tidak. Buat saya pribadi, lensa ini adalah lensa medium tele yang memiliki kualitas yang cukup bagus, selain rentang fokal yang cukup panjang (35-105mm), lensa ini juga memiliki fungsi makro yang cukup tajam. Untuk lebih meyakinkan lagi suatu saat ada baiknya diuji di outdoor untuk pemotretan natural & makro objek, insyAllah hasilnya cukup memuaskan.

Sunday, September 19, 2010

Tes 28-200mm/3.5-5.6D | Foto Product

Jarum jam menunjukan jam 01.15 dini hari, tapi rasa ngantuk ini berasa ngga nyaman, satu sisi mata ini ingin terpejam tapi di sisi satunya ingin mencoba tes drive lensa 28-200. Sejenak badan ini berbaring, sekejap mata ini terpejam, tapi sesaat teringat botol parfum yang saya lihat di salah satu mall di Jakarta Barat tadi. Warna bening bercampur gradasi warna merah dan biru, " sepertinya bakalan bagus kalau difoto.." hanya itu perasaan yang ada di hati. Tapi sayang, ngga bisa dibeli botolnya aja, mesti sama parfumnya, udah gitu mahal...:(

Akhirnya pinjem parfum Mba Puji (kakak pertama saya), kebetulan sekarang lagi numpang nginep di Citra-Tanggerang. Alat benar-benar seadanya, lighting cuma ngandelin lampu kamar yang nempel di eternit, alas cuma pake' meja dilapis handuk putih, "ngga papalah...yang penting motret...".
Hasilnya mungkin masih kurang maksimal, tapi cukup puas dan membuktikan kalau lensa NIKKOR 28-200mm/3.5-5.6D tonenya emang tajem.


Setting kamera terpaksa pake ISO tinggi 1000, soalnya cahaya kurang maksimal. Kalau bertahan di ISO 200-400 ngga bisa ngejar speed dan bukaan kecil. Kamera pake Nikon D80, Speed 1/6-1/10, bukaan lensa dibikin konstan pake Fnumber 8. Sedikit khawatir bakalan panen noise, tapi ternyata begitu direview di Lightroom 3.2 noise hampir ngga separah yang dibayangkan, bahkan diperbesaran 100%.

Cukup puas dengan hasilnya, mengingat lensa second harga murah, tapi yang penting bisa jadi amunisi buat latihan perang,...upssst..latihan motret..:)

Saturday, September 18, 2010

Koleksi Lensa Baru NIKKOR 28-200mm / 3.5-5.6 D


Alhamdulillah, akhirnya terbeli juga lensa tele, walaupun lensa second.Lensa beruntung yang jadi tambahan koleksi lensaku selain NIKKOR 28-80mm/3.3-5.6G adalah lensa NIKKOR 28-200mm/3.5-5.6 D. Dari rentang fokal lensa sebelumnya memang overlap, sama-sama mulai di fokal 28, dengan bukaan yang hampir sama yaitu 3.3 di lensa 28-80, dan 3.5 di 28-200.

Awalnya berencana beli lensa tele 3rd merk Zigma atau Tamron mengingat bujet yang terbatas. Beruntung pada saat buka forum FN'ers ada yang jual 28-200mm/3.5-5.6D, sepontan langsung kirim sms ke nomer penjual, nego-nego dikit akhirnya sepakat dengan harga pas'nya dan janjian buat ketemuan buat cek barang.

Keinginan untuk memiliki lensa tele dengan rentang fokal 200mm sebenarnya sudah tebenam lama, terumata sejak mengenal foto human interest. Sebelumnya tiap kali hunting selalu pake lensa 28-80, karena emang itu lensa satu-satunya yang aku punya. Prakteknya dilapang, fokal 80 dirasa kurang pada saat coba praktek foto human interest. Saat itu hunting di Kota Tua, saat mencoba motret tukang sewa sepeda mesti mendekat buat dapet komposisi dan detail wajahnya, tapi emang dasar penghobi fotografi amatiran, semakin dekat jarak kamera dengan objek, malah tambah ngga PeDe buat tekan shutter, walhasil ga pernah dapet fotonya.

Menurut banyak referensi di mbah Google, NIKKOR 28-200mm/3.5-5.6 D pertama kali diluncurkan oleh Nikon awal-awal bulan Mei 1998, menginggat sudah 14 tahun yang lalu, lensa ini bisa dibilang tua, tapi masih memiliki standar teknologi lensa-lensa keluaran 3tahun'an terakhir. Lensa ini memang belum memiliki fitur VR buat image stabilizer, jadi butuh bantuan tripod pada saat pengambilan foto di outdoor, khususnya pada rentang fokal tinggi dengan maksud untuk mengurangi blur. Satu kelemahan lagi yaitu memiliki jarak fokus yang cukup jauh, hal ini menyebabkan tidak bisa memotret pada jarak dekat, apalagi untuk foto makro.

Jarak fokus terdekat pada fokal 28mm adalah 0.8m (2.8 f.t), sedangkan pada fokal maksimal 200mm jarak fokus terdekatnya 1.5m (4.9 f.t). Namun itu tidak terlalu menjadi masalah, toh saat ini belum ada spesifikasi fotografi tertentu yang didalami. Menurut saya pribadi lensa NIKKOR 28-200mm/3.5-5.6D dirasa cukup memadai buat dukung proses belajar fotografi. Foto landscape masih terjangkau di fokal 28, sedangkan foto-foto candid atau human interest masih bisa diperoleh sampai fokal 200mm.

Friday, September 3, 2010

Belajar Fotografi Sendiri

Emang bisa...??? mungkin itu yang ada dibenak beberapa orang saat baca judul postingan ini. Jawabannya "pasti bisa". Belajar fotografi sendiri atau otodidak bisa dilakukan oleh semua orang, dan otodidak disini bukan berarti benar-benar segala sesuatunya dilakukan sendiri, tetap mesti ada arahan dan referensinya. Hal paling gampang untuk kita yang belajar fotografi otodidak tanpa bimbingan formal orang lain, seperti khursus atau privat fotografi adalah rajin-rajin cari referensi di internet, buku atau majalah.
Pemanfaatan teknologi internet dalam proses belajar fotografi memiliki peranan yang cukup besar, apalagi di era digital seperti sekarang. Banyaknya situs atau blog fotografi sangat membantu kita untuk memperoleh informasi seputar fotografi, baik perkembangan teknologinya, tutorial atau tips-tips fotografi, review product agar kita bisa lebih mengenal peralatan fotografi yang nantinya akan kita butuhkan sampai ratusan bahkan ribuan foto-foto bagus yang bisa menjadi inspirasi kita dalam belajar fotografi.

Hal utama yang harus kita ketahui adalah kenali peralatan fotografi utama yang akan kita gunakan, yaitu kamera. Kita harus benar-benar mengenali teknis pengoperasian kamera yang akan kita gunakan, baik kamera pocket, SLR maupun DSLR. Kenali bagaimana prinsip kerja kamera dalam menangkap cahaya dan hal-hal yang mempengaruhinya, karena hal ini adalah yang menentukan kualitas & kenampakan foto yang akan kita hasilkan.

Proses menangkap cahaya dalam fotografi dikenal dengan istilah Exposure yang ditentukan oleh 3 elemen utama, yaitu Apeture atau bukaan diagfragma; Shutter Speed atau kecepatan dalam menangkap cahaya; dan ISO/ASA yaitu tingkat kepekaan sensor/film dalam merekam atau menangkap cahaya. Kualitas cahaya yang masuk ke dalam kamera sangat ditentukan oleh ketiga elemen diatas, apabila cahaya berlebih maka akan terjadi over / terlalu terang, sebaliknya jika cahaya yang masuk terlalu minim maka cahaya yang masuk ke kamera akan under / terlalu gelap. Prinsip utamanya adalah cahaya yang terekam kamera dikatakan optimal jika sesuai atau sama dengan kondisi aslinya. Setelah kita mengetahui prinsip diatas, baru kita sering-sering praktek untuk mengetahui bagaimana cara mengatur kombinasi ke 3 elemen tersebut untuk memperoleh cahaya yang optimal, bagaiman cara kamera mengukur cahaya (metering)dan bagaimana kita mengetahui cahaya yang masuk ke kamera termasuk under atau over.

Hal selanjutnya adalah belajar untuk mendapatkan foto bagus. Definisi foto bagus sangat bersifat subjectif, tergantung siapa yang menilai. Apabila foto kita dinilai sama orang awam yang jarang liat foto bagus, kemungkinan foto-foto kita akan dinilai bagus akan lebih besar, tapi jangan berharap foto kita akan dibilang sempurna kalau kita sudah ada ditengah-tengah komunitas fotografi, apalagi di kelas fotografi profesional. Bagi mereka yang awam mungkin foto bagus hanya dilihat dari satu atau beberapa unsur saja, akan tetapi bagi pemerhati fotografi atau fotografer-fotografer profesional mereka akan menilai sebuah foto dari banyak sudut pandang, diantaranya komposisi, angel, tematik ide & kreatifitas dan lain sebagainya.

Namun persepsi utama foto dapat dikatakan bagus adalah bisa dinikmati oleh orang lain, bukan hanya kita yang menciptakan fotonya yang cenderung akan menilai foto kita sendiri secara subjektif. Biarlah orang lain yang menilai foto kita bagus atau tidak, tugas kita hanya berusaha mendapatkannya. Cobalah mencari referansi foto-foto orang lain yang masuk kategori bagus menurut persepsi kita sendiri. Sumbernya bisa beragam, dari majalah, koran, tabloid atau lebih mudah lagi memanfatkan search engine di internet, tinggal keting aja kata kunci yang dicari di google, pilin sub menu gambar/image maka akan muncul ratusan foto yang bisa kita nilai. Dari sini bisa menjadi sumber inspirasi kita untuk menciptakan foto bagus.

Tentukan style atau gaya fotografi kita sendiri, jangan murni meniru orang lain. Mungkin ini bukan hal mudah, karena membutuhkan proses dan panilaian dari banyak orang, namun semakin sering kita melakukan pemotretan maka kita akan menemukan style fotografi kita sendiri. Jangan terpaku pada satu kategory fotografi saja, misal hanya mencoba foto landscape, makro atau potret saja. Semakin banyak object yang kita foto, semakin mudah bagi kita untuk mengetahui minal dan spesifikasi fotografi yang ingin kita pelajari lebih lanjut.

Hal yang tidak kalah penting dalam proses belajar fotografi otodidak adalah berbagi atau share. Dengan berbagi kita akan mendapatkan banyak masukan, kritik & saran yang dapat menyempurnakan foto kita nantinya. Banyak fasilitas untuk dapat memamerkan foto-foto kita pada orang lain, upload foto di facebook, twiter, ikut gabung di komunitas fotografi online, atau membuat blog untuk menampilkan foto-foto kita sebelum kita membuat portofolio fotografi yang sebenarnya.
Dalam fotografi dikenal istilah "man behind the gun", kualitas foto kita tidak semata-mata tidak hanya ditentukan oleh paralatan atau jenis kamera dan lensa yang kita gunakan, tapi lebih pada siapa yang memotretnya. Teruslah mencoba untuk motret apapun yang bagus menurut kita, cobalah terus mengeksplorasi kemampuan dan wawasan kita terhadap fotografi, buka pikiran dan pandangan kita terhadap perkembangan dunia fotografi agar kita tidak menjadi sosok "kuper" yang nantinya bakal tercermin pada kualitas foto yang kita hasilkan.

Optimis, yakin dan percaya diri..teruslah mengabadikan dalam bidikan kamera apapun yang ingin kita abadikan...

"dikutip dari berbagai sumber"

warna warni | Still Life